Kosongkan GBK saat Timnas vs Philipina

Kosongkan GBK saat Timnas vs Philipina

Dimulai
24 November 2018
Mempetisi
Tanda tangan: 115Tujuan Berikutnya: 200
Dukung sekarang

Alasan pentingnya petisi ini

Dimulai oleh Gunawan Junaidi

Petisi ini dibuat bukan karena saya tidak cinta dengan Timnas, tetapi justru ingin Timnas berubah dibawah pengelolaan manajemen (PSSI) yang lebih baik dan professional. Mengapa muaranya ke PSSI dan harus mengosongkan GBK saat partai terakhir AFF 2018 melawan Philipina? Kita lihat bersama "dosa" PSSI dibawah kepemimpinan Edy Rahmayadi :

1. Manajemen yang amburadul

Hal ini yang disampaikan mantan coach Timnas Luis Milla dengan sebutan "poor management" saat memutuskan tidak memperpanjang kontrak dengan PSSI. Meskipun Milla tidak merinci dengan jelas, kabar yang menyebutkan Luis Milla menukangi Timnas saat tampil di Asian Games dalam kondisi belum dibayarkan gaji selama 3 bulan, Luis Milla enggan di intervensi dalam pengambilan keputusannya saat melatih dan lain sebagainya hanya Luis Milla yang tahu. Yang jelas pelatih se-profesional Milla tentu sangat merasakan sebuah management yang amburadul dibanding saat ia membawa Spanyol U23 menjadi Juara Eropa.

Bukti lainnya amburadulnya manajemen PSSI adalah sampai sekarang PSSI tidak mampu mengatur sebuah Liga Indonesia yang kalendernya sesuai dengan federasi sepakbola ASEAN dan ASIA (AFF dan AFC). Liga 1 Indonesia tetap bergulir dan bertabrakan jadwal dengan kalender AFF dan AFC. Lihat saja saat AFF digelar Liga 1 Indonesia justru sedang dalam masa-masa penting menjelang penentuan juara. Hal yang memberatkan klub untuk melepas pemainnya karena tenaga pemain timnas sedang dibutuhkan di klub dan konsentrasi serta energi pemain terpecah antara klub dan timnas.  Hal ini jauh berbeda dengan Federasi Sepakbola di Eropa misalnya yang pada saat Piala Eropa atau Piala Dunia digelar semua kompetisi lokal sedang libur.

2. Penampilan dan Prestasi Timnas yang makin jauh dari harapan

Skema dan filosofi bermain yang dibangun Luis Milla selama menukangi timnas dapat kita lihat di gelaran Asian Games 2108. Betapa garangnya timnas tampil hingga perempat final sebelum tersingkir dari konyolnya hadiah dua tendangan penalty yang diberikan wasit kepada Uni Emirat Arab. Timnas tersingkir di perempat final tapi pemain keluar lapangan dengan kepala tegak dan kita bangga walau kalah melihat Timnas tampil dengan sebuah visi bermain yang jelas dan prospek yang besar dimasa depan.  Tapi dengan gagalnya PSSI mempertahankan Luis Milla sebagai pelatih dan menunjuk Bima Sakti yang notabene belum ada prestasi apa-apa, kita dapat melihat betapa melempemnya penampilan Timnas di gelaran AFF 2018. Bermain seperti tanpa skema,  tanpa visi, passing dan umpan yang tidak jelas dan segudang penyakit klasik lainnya. Hasilnya untuk menang lawan Timor Leste saja harus bersusah payah dan kita semakin kalah kelas dibanding Singapura, Philipina apalagi Thailand. Kalau hal ini terus dibiarkan, jangankan mimpi berbicara banyak di level Asia maupun Dunia, level Asia Tenggara saja Timnas hanya akan jadi bulan-bulanan.

3. Arogannya seorang Edy Rahmayadi.

Dalam wawancara live dengan sebuah stasiun TV, saat ditanya apakah "apakah dia merasa terganggu ketika tugas dan tanggungjawab sebagai gubernur kemudian juga menjadi ketua umum PSSI?' justru dijawab dengan kata-kata yang arogan “Apa urusannya anda menanyakan itu?”. Sebuah jawaban yang sangat miris dari seorang pimpinan organisasi besar seperti PSSI. Itu baru sebuah contoh dari berbagai tindakan kontroversial nan arogan dari seorang Edy Rahmayadi. Belum lagi kelakuan lainnya seperti menampar seorang supporter PSMS Medan saat laga melawan Persela Lamongan, dan yang terbaru saat diminta komentarnya mengenai kegagalan Timnas di AFF 2018 malah dijawab Edy dengan komentar yang sangat tidak nyambung selayaknya seorang pemimpin, "wartawannya yang harus baik, ketika wartawannya baik timnas juga baik".

4. Rangkap Jabatan nan kemaruk

Aturan formil seperti Surat Edaran Mendagri Nomor 800/148/sj 2012 tanggal 17 Januari 2012 tentang Larangan Perangkapan Jabatan Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah pada Kepengurusan KONI, PSSI, Klub Sepakbola Profesional dan Amatir, serta Jabatan Publik dan Jabatan Struktural tampaknya hanya angin lalu bagi seorang Edy Rahmayadi. Dia tetap bergeming memegang dua tampuk jabatan sekaligus. Ketum PSSI sekaligus Gubernur Sumatera Utara. Bagaimana mungkin dia dapat mampu fokus mengurusi sebuah Provinsi sebesar Sumatera Utara sekaligus organisasi nasional sebesar PSSI?

Parahnya rangkap jabatan ini juga dilakukan oleh wakilnya Joko Driyono, selain sebagai Wakil Ketua PSSI dia juga merangkap sebagai pemilik mayoritas saham Persija Jakarta yang saat ini sedang berlaga di Liga 1 Indonesia. Siapa yang bisa menjamin tidak terjadinya conflict of interest dalam pengambilan keputusan dan kebijakan oleh PSSI terkait Liga 1? apalagi jika kebijakannya menyangkut Persija Jakarta.

Solusi / Langkah Nyata :

Jadi, ketika aturan tidak berlaku bagi Edy Rahmayadi, ketika berkali-kali menjadi trending topik di media sosial (dengan hashtag #EdyOut #JokoDriyonoOut #BimaOut) tampaknya hanya menjadi angin lalu, masyarakat Indonesia dalam hal ini pendukung Timnas perlu melakukan langkah yang lebih nyata. Sebuah langkah nyata yang memberikan efek bagi Edy dan PSSI, mengosongkan GBK saat partai timnas melawan Philipina akan memberikan "tamparan' keras bagi mereka yang selama ini bermuka tembok dan berkuping sekeras kulit badak. Biarlah Edy dan PSSI menjadi pusat perhatian media luar apabila GBK kosong saat Timnas bertanding. Mengosongkan GBK bukan berarti kita tidak cinta Timnas, bukan berarti membiarkan Timnas berjuang sendiri. Kita tetap mendukung dengan menyaksikan lewat siaran langsung dan dukungan doa tentunya. Kita hanya ingin Edy dan pengurus tidak kompeten lainnya OUT dari PSSI dan PSSI berevolusi menjadi sebuah organisasi yang profesional dikelola oleh orang yang faham sepakbola dan imbasnya kepada prestasi Timnas yang lebih baik.

#KosongkanGBK   #RevolusiPSSI   #EdyOut   #JokoDriyonoOut   #BimaOut

 

 

Dukung sekarang
Tanda tangan: 115Tujuan Berikutnya: 200
Dukung sekarang
Sebarkan petisi ini secara langsung atau gunakan kode QR untuk materimu sendiri.Unduh Kode QR

Pengambil Keputusan