Tunda pembuatan sumur resapan di Jakarta

Tunda pembuatan sumur resapan di Jakarta

Dimulai
25 November 2021
Mempetisi
pemprov dki dan
Tanda tangan: 8.762Tujuan Berikutnya: 10.000
Dukung sekarang

Alasan pentingnya petisi ini

Dimulai oleh Para dokter pemerhati lingkungan

Di banyak tempat di Jakarta Timur sudah dibuat sumur-sumur resapan di jalan-jalan atau trotoar oleh pemerintah  Pemprov DKI. Tujuannya untuk mengurangi banjir dengan meresapkan sebagian air ke dalam tanah. Direncanakan akan dibuat sejuta sumur seperti itu (https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/07/11162551/proyek-1-juta-sumur-resapan-bakal-dilanjutkan-pemprov-dki-libatkan-warga).

Kami dokter-dokter senior alumni FK UI tidak ingin membahas dari segi keindahan, manfaat pengurangan banjir, dll. Tapi dari segi kesehatan... 


Ini perlu segera kita bahas karena kemungkinan besar proyek ini akan digarap secepatnya. 


Sumur resapan itu mengandung air. Dan memang itu tujuannya. Air bisa meresap perlahan, bisa lama. Pada foto terlampir terlihat air yang penuh, meski sudah sehari tidak hujan. 


Pada tutup dari sumur resapan, ada lubang-lubang, berjumlah 12, dengan diameter sekitar 5 cm, untuk masuknya air. Itu dapat merupakan jalan untuk masuk keluarnya nyamuk. Lubang mungkin dari atas (seperti yang terlihat di foto), mungkin dari samping. Tapi harus ada lubang yang cukup besar; sangat cukup untuk nyamuk masuk. 


Maukah kita diberi peternakan nyamuk di depan rumah kita? Nyamuk dapat merupakan nyamuk biasa, Culex, ataupun Aedes (penyebar demam berdarah dengue [DBD]), atau jenis lainnya. Menurut Prof. Sudomo (https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/03/113030423/3-nyamuk-penyebar-mosquito-borne-disease-aedes-aegypti-anopheles-dan-culex) ada 29 jenis/spesies nyamuk di Indonesia yang dapat menularkan berbagai penyakit (termasuk penyakit kaki gajah, filariasis yang pernah diderita  salah satu pemrakarsa petisi ini di Jakarta).  


Yang paling ditakuti masyarakat adalah DBD. Sudah banyak kasus DBD di sini. Pada 2020, ada 95.893 kasus DBD di Indonesia (https://kabar24.bisnis.com/read/20201203/15/1325997/waduh-sepanjang-2020-ada-95893-kasus-dbd-di-indonesia).  Dan wilayah Jakarta termasuk daerah endemi. Kemungkinan besar pembaca punya keluarga, teman, atau tetangga yang sudah kena, atau mati. Kalaupun tidak mati, penderitaan akibat penyakit ini dapat sangat berat. Yang pernah mengalami dapat bercerita. 


Selama dua tahun ini kita hanya bicara soal Covid dan seolah-olah lupa pada pembunuh ini: DBD.


Karena itu, demi kesehatan dan keselamatan rakyat Jakarta, kami para dokter senior alumni FK UI meminta agar program dengan model yang sekarang ini ditunda. Hentikan segera sebelum DBD membunuh banyak anak dan orang dewasa di Jakarta. Pelajari dulu pengaruhnya terhadap kesehatan.


Kami menyadari, nyamuk DBD biasa bersarang di tempat bening. Waktu hujan, air yang masuk ke sumur resapan mungkin air keruh. Tapi kalau hari-hari berikutnya tidak hujan, kotoran mengendap, air akan menjadi bening, dan ada kemungkinan nyamuk mau bersarang. Surveilans vektor nyamuk pada sumur-sumur itu bisa dilakukan (survei telur, survei larva, survei nyamuk dll.). Tentu prosesnya sulit, karena tutup sumur disemen.Seandainya beberapa sumur yang diperiksa negatif, tidak ada nyamuk, tidak berarti itu berlaku untuk semua sumur. Dalam literatur mungkin belum ada penelitian seperti ini, karena sumur resapan ini khas untuk Indonesia. 


Untuk mengetahui dampak kesehatan yang lebih akurat, dapat dilakukan surveilans kasus DBD pada masyarakat nanti setelah semua sumur selesai dibuat. Apa jumlah kasus DBD naik? Itu perlu waktu beberapa tahun kalau mau akurat. Karena ada variasi naik turun musiman tahunan. Pada grafik ini ((klik di sini)) terlihat variasi tahunan kasus DBD di Indonesia. Kecuali kalau diikuti secara teratur bertahun-tahun, mungkin sulit untuk menentukan apakah kenaikan atau penurunan kasus disebabkan karena faktor tertentu. 


Pertanyaannya: Apakah kita berniat membuat percobaan besar-besaran dengan seluruh masyarakat Jakarta sebagai kelinci percobaan? Yang lebih bagus adalah melakukan percobaan dulu pada 1 dari 5 kota di Jakarta. Secara terang-terangan, beritahu akan dilakukan penelitian yang melibatkan penghuni kota itu. Biar Dinas Kesehatan melakukan penelitian dampaknya selama beberapa tahun. Kalau benar tidak ada dampak, barulah program diperluas ke seluruh Jakarta. 


Yang kami ajukan di atas semua berdasar asumsi, tapi memiliki dasar yang kuat. Kami tidak pernah  membaca penelitian dampak kesehatan program sumur resapan di media. Jadi, mungkin Pemprov DKI juga memulai program ini dengan asumsi saja. 


Karena itu kami meminta Pemprov DKI mengkajinya sekali lagi bersama Dinas Kesehatan, khususnya bagian penyakit menular.


** Kepada Dinas Kesehatan serta Kementerian Kesehatan, mohon masalah ini jangan dibiarkan berjalan terus. Mala petaka mungkin ada di depan mata...


** Kepada masyarakat Jakarta, sesuai dengan petunjuk dari Kementerian Kesehatan, (1) segera hilangkan genangan air di sekitar rumah. Timbun lubang yang jadi tempat bersarang nyamuk DBD. (2) Tutup tempayan serta tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat bertelur nyamuk. (3) Masyarakat perlu bertanggung jawab pada keadaan lingkungan. Karena itu, lakukan itu secara bersama-sama, beramai-ramai.


** Terakhir, seandainya pun ini nyamuk DBD tidak bersarang di sumur itu, nyamuk lain pasti ada, dengan potensi penyakit lain, dan gangguan gigitan nyamuk. 


Pemrakarsa petisi:
(menurut abjad)


Dr. Bambang Murdoto 
Dr. Berlian Siagian
Dr. Chammal Nadjir
Dr. E. Nugroho
Dr. Frans Putuhena
Dr. Isnani Salim Suryono
Dr. Marulam M.Panggabean
Dr. Mashati Djamil
Dr. Momo Sudarmo
Dr. Nida Wannahari Nasution
Dr. Rojani Husein
Dr. Rudi Nuriadi
Dr. Sugito Wonodirekso
Dr. Syukriman Bustami
Dr. Wachyu Hadisaputra
Dr. Widayanto Soeratman

Dukung sekarang
Tanda tangan: 8.762Tujuan Berikutnya: 10.000
Dukung sekarang
Sebarkan petisi ini secara langsung atau gunakan kode QR untuk materimu sendiri.Unduh Kode QR

Pengambil Keputusan